Garfield

Capture24

  • Casts: Park Yoo Ji [OC]; Kim Tae Hyung [BTS V]; Park Chan Yeol [EXO]; Park Ji Min [BTS]
  • Length: Oneshoot
  • Created: 25 Juni 2015

Aku tak pernah mengungkapkan apapun padamu, dan hanya memendam ini

Namun, hanya satu hal yang membuatku mengungkapkannya

Ketika Garfield membocorkan rahasiaku dengannya, padamu

GARFIELD

“Yeol oppa!!”

Chan Yeol yang sedang asyik bermain dengan ponselnya menoleh ke arah belakang. Ia melihat adiknya sedang berjongkok. Penasaran, ia pun menghampirinya dan ikut berjongkok. Seekor kucing kecil kepalanya sedang dielus lembut oleh Yoo Ji adiknya. Yoo Ji melihat ke arah Chan Yeol. “Oppa how?” tanya Yoo Ji.

Chan Yeol mengangguk sambil ikut mengelus kucing itu. “Karena warnanya…Garfield!” seru Chan Yeol lalu ditanggapi anggukan semangat oleh Yoo Ji.

“Garfield!!” seru Yoo Ji juga.

Hari itu adalah hari pertama mereka membawa Garfield ke rumah mereka, merawatnya hingga benar-benar seperti Garfield yang digambarkan pada film. Gendut, malas, dan sangat suka bermain. Begitulah Garfield milik Yoo Ji dan Chan Yeol.

“Garfield!”

Mata malas Garfield masih saja terfokus pada tv.

“Garfield-ahh!! Wooaaahh kau membuatku frustasi!!” seru Ji Min yang datang sambil membawa mangkuk makanan Garfield yang penuh. Ji Min menoleh ke arah Tae Hyung yang duduk di sebelah Garfield, ekspresinya sama seperti Garfield. Ji Min pun memberikan mangkuk yang ia bawa pada Tae Hyung.

Tae Hyung menerimanya tanpa menoleh pada Ji Min dan masih menonton tv. Ia pun melihat mangkuk itu bingung. Makanan aneh, tak biasa. Ia menoleh ke arah belakang. “Ini makanan apa?” tanyaya polos.

“Makanan Garfield.” jawab Ji Min yang berdiri di belakang Tae Hyung.

“Lalu untukku?” Tae Hyung kembali bertanya.

“Berdua dengan Garfield.”

Tae Hyung pun melihat ke arah mangkuk itu kembali. Apa Garfield juga memakan makanan manusia?

“Ya, berikan pada Garfield. Itu miliknya. Kkaja, nanti kita terlambat.” ujar Ji Min lalu pergi mengambil kunci mobil dan dompetnya.

Tae Hyung pun menyadari jika makanan kucing seperti itu rupanya. Ia kini meletakkan makanan Garfield di lantai, lalu menggerakan lonceng pada kalung Garfield.

“Garfield-ah~~ ayo makan~~” ajak Tae Hyung dengan aegyonya. Garfield menoleh ke arahnya dengan malas. “Ayo Garfield-ah~~ kau harus tetap gemuk~~ ayo makan~~” Garfield akhirnya bangun, ia meregangkan tubuh besarnya. Ia menatap Tae Hyung. Kini Tae Hyung tersenyum lalu menunjuk makanan Garfield. Garfield turun dari sofa dan mencari makanannya. Ia makan.

Tae Hyung langsung berjongkok memandang Garfield yang makan dengan lahap. Ia tak pernah memelihara hewan, adiknya Soo Jin terlalu pemilih dengan hewan. Bahkan ia takut dengan berbagai macam hewan. Tae Hyung sendiri tidak mengerti dengan adiknya itu, namun ia juga tidak bermasalah dengan hal itu.

Melihat Garfield yang lebih mendengarnya dibanding mendengar Ji Min, ia merasakan kesenangan tersendiri. Ia mengelus tubuh Garfield sambil tersenyum. Lucu juga jika ia memelihara hewan seperti Garfield. Malas, tidak mendengarkan orang, namun ia hanya mendengarkan satu orang. Tae Hyung.

Tae Hyung melihat ke arah depan. Kini ia dan Ji Min hendak ke bandara, menjemput Yoo Ji dan Chan Yeol yang dari Jeju.

“Aku dititipi Garfield satu minggu saja benar-benar stres. Bagaimana mereka membesarkan kucing pemberontak seperti itu, aku masih tidak mengerti.” Ji Min mengomel sambil menyetir.

Berbeda jika dengannya, Garfield begitu membelot pada Ji Min. Entah klasifikasi apa yang ditetapkan Garfield hingga seperti itu ia membenci Ji Min. “Bukankah Yoo Ji memintamu membawakan Garfield?” Tae Hyung berucap ketika mengingat video call yang kemarin. Yoo Ji begitu mengancam Ji Min.

“Yeol hyung akan mengerti kenapa aku tidak membawanya.”

Menurut Tae Hyung takkan semudah itu jika mengingat bagaimana Yoo Ji.

“Hyung!!”

Ji Min berpelukan dengan Chan Yeol. Ia akan begitu manja jika dengan Chan Yeol, jadi Tae Hyung takkan heran jika Ji Min kini begitu merindukan Chan Yeol. Walaupun hanya sepupu, namun mereka sangatlah dekat. Sayangnya kini Tae Hyung tidak melihat satu sosok lagi yang seharusnya ada. Park Yoo Ji.

“Yoo Ji yang membawa koper, semua ada di sana. Tunggu saja tadi ia sedang membalas line.” ucap Chan Yeol di obrolannya dengan Ji Min kini.

Tae Hyung langsung melihat ke arah belakang Chan Yeol. Tidak ada siapa-siapa. Hanya ada trolin dengan dua koper yang berada di tengah jalan. Koper maroon dan tosca terang. Pikiran Tae Hyung kembali terflash back ketika ia dan Ji Min mengantar Chan Yeol dan Yoo Ji ke bandara hendak ke Jeju.

“Tae, bantu bawakan koperku sebentar. Kau akan kubawakan oleh-oleh yang luar biasa nanti. Tagihlah setelah aku pulang nanti.” Itu yang Yoo Ji katakan padanya sambil menyerahkan koper tosca terangnya.

Ji Min berlarian mengejar Chan Yeol yang terlihat terburu akan sesuatu itu sambil menarik koper maroon.

Tae Hyung melihat ke arah punggung Yoo Ji, sedangkan pemilik punggung itu sedang tertunduk sibuk memainkan ponselnya. Tae Hyung menarik koper Yoo Ji seolah sebuah spontanitas. “Kucingmu…apa dia tipe kucing sakit-sakitan?” tanya Tae Hyung sesampainya di sebelah Yoo Ji.

Yoo Ji memasukkan ponselnya ke sakunya setelah mematikan sinyal. “Sejauh ini tidak. Wae? Apa ada yang mencurigakan?”

Wajah Yoo Ji itu masih sangat segar di pikirannya. Tidak, bukan itu yang seharusnya ada di pikirannya kini. Dua koper di tengah jalan itu, itu adalah koper Yoo Ji dan Chan Yeol. Sudah dipastikan Yoo Ji kini pergi entah kemana dengan mendadak hingga meninggalkan koper-kopernya.

Dengan langkah besar Tae Hyung menarik troli yang berisi kedua koper itu, lalu menariknya mendekati Chan Yeol dan Ji Min yang masih temu kangen.

Chan Yeol dan Ji Min kaget karena tiba-tiba sebuah troli yang berisi dua koper berada di belakang mereka. Mereka kini melihat Tae Hyung yang mengedarkan pandangannya sambil berjalan cepat. Chan Yeol berusaha mencari keganjalan yang ada. Mata besarnya itu kini membesar. “Yoo Jikuuuuu!!!” serunya histeris.

Ji Min mengedarkan pandangannya. “Kemana perginya?”

Tae Hyung masih saja menerobos kerumunan, berusaha mencari sosok Chan Yeol versi perempuan yang mugil. Ia kini sudah sampai di toilet wanita. Ia kehabisan cara bagaimana mencari Yoo Ji di tempat itu. Pasti ia akan dihajar massa jika menerobos masuk dan mencari Yoo Ji di sana.

Ia memutuskan untuk pergi dari sana. Entah mengapa ia tidak memiliki feeling jika Yoo Ji berada di toilet. Ia menelusuri tempat yang bahkan tak ia ketahui. Jalan buntu. Namun di jalan buntu ia menemukan Yoo Ji berjongkok di pojokan. Tae Hyung pun berjalan mendekatinya. Ia berjongkok di dekat Yoo Ji yang sedang senewen.

“Garfield-ah!! Ada apa denganmu? Ayo pulang, kau mau kemana?!!”

Yoo Ji masih saja memaksa kucing yang jelas-jelas tidak mau diraih oleh kedua tangannya. Yang juga jelas-jelas bukan Garfield.

Kini Tae Hyung melepas kedua tangan Yoo Ji dari kucing itu. Ia menatap Yoo Ji setelahnya. “Cuci kedua tanganmu. Dia bukan Garfield, kita tidak membawa Garfield.” Tae Hyung kini membantu Yoo Ji berdiri dengan wajah Yoo Ji masih kesal dengan pernyataan Tae Hyung.

Kini ia sudah berdiri dan menatap Tae Hyung. “Wae? Kenapa kalian tidak membawanya?”

Daripada menjawab pertanyaan Yoo Ji, kini Tae Hyung memilih untuk menarik Yoo Ji menuju toilet wanita. “Kucingmu itu memang bukan kucing sakit-sakitan, karena dialah yang menyiksa Ji Min dengan sikap arogannya.”

Yoo Ji mendongak ke arah Tae Hyung. Ia begitu menyukai Tae Hyung, sangat menyukai Tae Hyung. Tanpa ada yang mengetahuinya, ia menyukai Tae Hyung dengan caranya. Diam, bersikap biasa, berpura tidak peduli, dan terus memperlakukannya selayaknya ia memperlakukan Ji Min.

Yoo Ji melihat ke arah dua lengannya yang masih digenggam oleh Tae Hyung. Ia meluapkan rasa senangnya itu dengan tersenyum simpul. “Kau memperlakukannya dengan baik kan?” tanya Yoo Ji penasaran.

Senyuman Tae Hyung menyiratkan senyuman kemenangan. “Dia yang memperlakukanku dengan baik, aku tentu tidak mungkin jahat dengannya. Dia sangat baik denganku, dan selalu jahat dengan Ji Min.”

Yoo Ji tersenyum melihat wajah Tae Hyung yang selalu saja mengeluarkan celoteh lucunya. Senyuman lebar khas Tae Hyung itu tidak ada duanya. Membuatnya ingin selalu melihatnya. “Ah, Tae, aku merubah hairstyleku. Kontemporer, tapi jika bagus aku akan membuatnya permanen.” Yoo Ji kini berhenti dan berhadapan dengan Tae Hyung. Ia melepas kupluk pada jaketnya. Snapbacknya yang terbalik ke belakang itu kini ia pegang. “Tebak!” ia langsung melepas snapback biru-kuningnya.

Rambut lurus dan pendek sebahunya itu berwarna pink. Tangannya kini hendak membenarkan poninya sambil berkata, “Tae, bagaimana? Bagus? Aku suka sekali dengan hairs…” Tae Hyung kini menari tangan Yoo Ji yang hendak membenarkan poninya. “Tae-ah, kau tidak suka? Jelek ya? Aku begitu menyukainya padahal. Rambut pink adalah rambut terbaik untuk wajahku.” Yoo Ji masih saja berceloteh.

Itu sangat cocok untuknya, begitu pikir Tae Hyung. Ia menariknya kini bukan karena tidak suka dengan hairstyle itu. “Kau belum mencuci tanganmu! Kau mau memegang rambutmu?”

Mereka telah sampai di depan toilet wanita. Tae Hyung memberikan isyarat mata pada Yoo Ji agar segera mencuci tangannya. Yoo Ji mengangguk lalu memasuki toilet dan mencuci tangannya.

Saat ia mengeringkan tangannya, Yoo Ji teringat sesuatu. Ia lalu melepas ranselnya dan membuka ransel itu. Ia membawa mochi, Tae Hyung pasti akan menyukainya.

Setelah menutup ransel floralnya, ia langsung mengenakannya. Ia kini keluar sambil membawa sekotak mochi. “Tae!”

Tae Hyung yang sedang menyandar pada tembok pun menoleh.

Kini Yoo Ji berdiri di hadapannya. Ia membuka kotak mochi, lalu menyerahkan salah satu mochi pada Tae Hyung. “Cobalah, aku sangat menyukainya.”

Tae Hyung mengambilnya tanpa pikir panjang.

Yoo Ji menunggu jawaban Tae Hyung yang masih mengunyah mochinya.

Tae Hyung mengangguk, seketika wajah Yoo Ji semakin bersinar. “Enak?!!” tanya Yoo Ji yang kembali membuat Tae Hyung mengangguk dan tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

Langsung saja Yoo Ji memberikan semua mochi di tangannya pada Tae Hyung dan berbalik berjalan mendahului Tae Hyung. Ia ingin menyembunyikan wajah senangnya.

Daritadi ia lupa menanyakan kenapa Soo Jin tidak ikut menjemputnya. Kenapa Jung Kook yang siang malam mengirimi line padanya untuk membawakannya oleh-oleh dan akan menjemputnya, kini malah tak menampakkan batang giginya sama sekali. Ia lupa karena pembicaraannya dengan Tae Hyung sedaritadi, yang sebenarnya memang kurang penting. Namun menarik baginya.

Garfield bersikap baik pada Tae Hyung? Mungkin Garfield mengerti setiap ucapannya. Setiap hari, dengan apa yang ia rasakan tentang Tae Hyung, ia selalu menceritakannya pada Garfield. Karena Garfield begitu mirip dengan Tae Hyung. Jika Garfield bersikap baik dengan Tae Hyung, bukan hal yang aneh. Ia sudah mengenal Tae Hyung dari cerita Yoo Ji.

 

Yoo Ji kini mengangkat Garfield dengan susah payah, lalu memeluknya. Ia begitu merindukan kucingnya itu. Lama sekali rasanya baginya tak melihat sosok gembul itu. Chan Yeol kini menghampiri Yoo Ji lalu tersenyum melihat sosok Garfield.  Ia mengelus kepala Garfield.

Garfield hanya bersikap manja ketika dengan kedua ‘kakaknya’ setelah sekian lama berada di tempat ‘pesakitan’.

Tae Hyung dan Ji Min yang kini sedang duduk di sofa depan tv hanya melihat kejadian itu. Ji Min mengernyit. “Cih, dia berlagak manis di depan Yoo Ji dan Yeol hyung. Berlagak seolah ia disiksa olehku selama ini. Dasar kucing kejam.” Ji Min mengomel sambil menatap tajam kucing yang kini matanya melihat matanya.

Tae Hyung kini memakan mochi yang tadi diberikan oleh Yoo Ji. “Jung Kook dan Soo Jin ke sini jam berapa ya?” tanya Tae Hyung pada Ji Min.

Karena merasa terlalu muak dengan Garfield, kini Ji Min kembali melihat ke arah tv. “Dua jam lagi.” Ia mengganti acara tv.

Tae Hyung masih melihat ke arah Yoo Ji yang kini menatap Garfield yang diangkat oleh Chan Yeol. Oleh-oleh apa yang akan diberikan Yoo Ji padanya, ia masih penasaran. Tadi Yoo Ji memberikannya snapback dan case ponsel. Apa itu saja? Ia merasa ada yang masih Yoo Ji sembunyikan.

“Yoo Ji-ah!” panggil Tae Hyung yang membuat Yoo Ji melihat ke arahnya. Ia langsung menuju ke arah Tae Hyung yang sudah berdiri. “Ikut aku sebentar.”

 

Yoo Ji kini berdiri di hadapan Tae Hyung. Mereka berada di taman belakang rumah Ji Min. “Katakan, kau menyembunyikan apa dariku?”

Yoo Ji menggeleng pelan mendengarnya. “Aku tidak menyembunyikan apapun darimu…wae?” Tae Hyung menatapnya intens, sangat intens. Tapi ia menyukainya. “Arasseo. Aku akan mengatakannya. Kim Tae Hyung, aku begitu menyukaimu.”

Tae Hyung terdiam menatap Yoo Ji yang kini tersenyum lebar. “Ara. Bukan itu yang kumaksud.”

Yoo Ji tertawa. “Apa itu kurang? Aku begitu begitu begitu menyukaimu.”

Tae Hyung yang merasa gregetan dengan Yoo Ji pun menarik pipi Yoo Ji. “AKU TAHU. Tapi apa? Aku butuh penjelasan yang lain!”

Yoo Ji sungguh kaget akan feeling Tae Hyung. Begitu aneh, tapi begitu membuatnya kelabakan. “Ah, kau ini. Sebenarnya, aku ingin Garfield bersikap baik denganmu, dan dengan cara itu aku mengungkapkan rasa sukaku. Namun Garfield sudah lebih dulu bersikap baik padamu, jadi aku harus berbicara apa lagi? Garfield menggagalkanya.”

Tae Hyung menampakkan wajah dongonya. “Itu saja?”

Yoo Ji mengangguk. “Apa lagi?” tanya Yoo Ji bingung.

Tae Hyung semakin mencubit pipi Yoo Ji. Itu saja oleh-olehnya? Tidak menarik!

 

END

Tinggalkan komentar